I write about values, jalan-jalan, anak-anak, fun learning and so on.

Senin, 14 September 2015

If Children Live With Fear, They Learn to be Apprehensive

Hidup Dalam Ketakutan, Anak-Anak Belajar untuk Kuatir

Hal yang menakutkan kadang-kadang menyenangkan, seperti nonton film horror, masuk ke rumah hantu, mendengarkan cerita hantu. Adrenalin naik, jantung berdebar tapi seru karena kita tahu bahwa sebenarnya kita aman. Tapi hidup dengan ketakutan yang nyata sangat menyiksa, apakah itu ancaman kekerasan fisik, kekerasan psikologis, ditinggalkan, bullying, ataupun monster di kolong ranjang. Hidup dengan ketakutan yang nyata hari demi hari meruntuhkan kepercayaan diri dan rasa aman anak.


Hal-hal yang mengerikan di malam hari
Banyak hal yang menakutkan untuk anak-anak sangat tidak masuk akal untuk orangtua mereka. Anak-anak bisa ketakutan karena mendengar langkah orang dewasa, anjing baru tetangga atau pohon tua di depan rumah. Apapun alasannya, saat anak merasa takut, perlu ditangani secara serius. Kita perlu melihat dari sisi dunia anak-anak. Kalimat-kalimat "Ah, nggak ada apa-apa kok," "Gitu aja kok takut," membuat anak merasa diremehkan dan membuat ketakutannya tetap berkembang tanpa kita tahu.

Bagaimana kita membedakan antara anak yang merasa ketakutan atau hanya mencari perhatian? Sulit. Kebanyakan orangtua terlalu kuatir dimanipulasi oleh anak. Padahal kebutuhan untuk diperhatikan sama pentingnya dengan kebutuhan untuk makan. Dan seringkali yang terjadi, anak merasakan keduanya, benar-benar takut dan butuh diperhatikan.

Sebut saja Adam, keluarganya baru saja pindah ke rumah baru, dia baru mulai masuk TK, dan adik bayinya baru saja lahir. Untuk orangtuanya, semua ini adalah suatu kebahagiaan, tapi tidak untuk Adam. Suatu malam Adam datang ke ayahnya, "Aku takut, temenin aku Yah," tangisnya.
Ayahnya bisa saja jawab, "Temenin kamu? Kenapa? Kamu sudah jadi kakak sekarang dan kamu ga perlu takut."
Tapi ayahnya mengerti. "Temenin kamu? Ok, sini ayah peluk dan kamu aman." Pengertian dan kedekatan sang ayah memberi jaminan yang Adam butuhkan untuk melalui momen sulit ini.


Ketakutan Kita Untuk Anak-Anak Kita
Anak menyerap kekuatiran orangtua tanpa kita sadari. Coba cek, seberapa sering kita mengucapkan kalimat "Aku takut...." atau "Aku kuatir kalau....". Kalau anak mendengar kalimat tersebut secara rutin, itu akan membentuk pola pikir mereka.

Sayangnya orangtua jaman sekarang punya ketakutan yang berlebihan. Kita menghadapi dilema untuk melindungi mereka dari bahaya tanpa membuat mereka jadi parno. Adalah tantangan untuk kita bagaimana memupuk kepercayaan diri mereka dan sekaligus melindungi mereka dari bahaya.

Ketakutan yang lain adalah kita tidak mau anak kita menderita seperti yang kita alami dulu di saat seusianya. Hal ini justru membuat kita bertindak kurang tepat. Ayah Carli melarang anaknya untuk ikut club basket, "Aku nggak bisa main basket waktu seumur Carli. Waktu itu aku ikut club dan selalu jadi yang terakhir, menderita sekali. Aku takut hal yang sama terjadi pada Carli."

Carli perlu diijinkan untuk mengeksplor kemampuannya sendiri tanpa beban dari memori ayahnya. Kita harus selalu ingat bahwa anak-anak berbeda dari kita, dan mereka punya hak untuk mengalami perjuangan mereka sendiri.


Ketakutan Sehari-hari
Anak-anak hidup di dunia yang berbeda dari orang dewasa dan mereka tidak selalu bisa menyampaikan apa yang mereka alami. Sangat mungkin kita tidak sadar hal apa yang menakuti mereka. Contohnya, banyak anak hidup dengan intimidasi teman di sekolah, tetangga, atau bahkan saudara kandungnya sendiri. Mungkin mereka dibully atau diancam. Anak-anak kecil mungkin tidak tahu bagaimana mengungkapkan ketakutan mereka, dan anak yang lebih besar mungkin merasa mereka harus bisa mengatasinya sendiri. Kita harus sediakan waktu kita untuk bertanya apa yang terjadi dalam hari-hari mereka.

Seorang ibu bertanya pada Andrew (5th), anaknya, "Apa yang terjadi di sekolah hari ini?" (Pertanyaan ini lebih baik daripada "Bagaimana sekolah hari ini?")
"Joe rebut truckku padahal aku duluan yang main."
"Trus?"
Andrew menundukkan kepala dan merengut, "Ngga papa. Aku ngga tau."
Di titik ini si ibu menyadari bahwa anaknya diintimidasi dan berusaha untuk menemukan jalan keluar. "Hmm km pasti kesel ya, Joe ambil truckmu. Menurut kamu, mestinya apa yang kamu lakukan?". Si ibu memberi kesempatan pada anaknya untuk memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan. Andrew menjawab, dia bisa rebut balik truknya, bilang ke guru, main dengan yang lain dan menjauh dari Joe. Bahkan ibunya tidak perlu ajarin apa yang harus dilakukan, Andrew bisa menemukan jawabannya sendiri.

Bagi kebanyakan anak kecil, menghadapi hal baru sangat menakutkan. Hari pertama sekolah, ke dokter gigi pertama kali, pertama kali naik pesawat. Kita dapat menolong anak-anak menghadapi hal ini dengan memberi dukungan. Menunjukkan kepercayaan kita terhadap anak adalah cara yang ampuh untuk mengajarkan mereka percaya terhadap dirinya sendiri.


Setiap Orang Bisa Takut
Sebagai orangtua, kita ingin kelihatan kuat untuk anak, kita ingin mereka merasa bahwa mereka bisa bersandar pada kita untuk membuat mereka merasa aman. Tapi kita juga kadang perlu punya keberanian untuk menyampaikan pada mereka bahwa kadang-kadang kita juga merasa takut. Anak-anak belajar bagaimana menghadapi ketakutan mereka saat mereka mengamati bagaimana kita mengatasi ketakutan kita. Biarkan mereka melihat bagaimana kita mencari dukungan dari pasangan, teman atau keluarga kita saat kita takut dan bagaimana kita juga menguatkan orang lain dalam ketakutan mereka. Saat kita mengakui perasaan kita dan menemukan solusinya, saat itu kita menjadi model untuk anak-anak kita saat mereka menghadapi masalah mereka.

4 komentar:

  1. terimakasih mba sharingnya
    jadi pencerahan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Terima kasih sudah mampir ke sini @jelellygamatgoldg31

      Hapus
  2. memang ketakutan banyak macammacam dan jenisnya :D .. harus ditindak lanjuti tuh yang begitu .. apalagi ketakutan malam hari pada anak-anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget sis Nabil, sesuatu yang simple buat kita tapi that is the big thing for the kids.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.

© Elzoria Story, AllRightsReserved.

Blogger theme by Safetricks.com Designed by ScreenWritersArena