Elzoria Story

I write about values, jalan-jalan, anak-anak, fun learning and so on.

Sabtu, 03 Februari 2018

Submarine Museum di Malaka

Museum Submarine dengan kapal selam sungguhan.





Malaka! 
Malaka bukan kota metropolitan seperti Jakarta atau Kuala Lumpur. Kota Malaka adalah kota pelabuhan dengan sudut-sudut kota yang masih mempertahankan bangunan-bangunannya yang klasik dan bersejarah. 

Karena kami ke sana bareng anak-anak dan keluarga yang lain, maka yang jadi tempat tujuan kami ya yang mengakomodir kebutuhan anak. Udah pernah dengarkah tentang Museum Submarine di sana? 
Museum ini menghadirkan kapal selam beneran. 
Ini serius! Kapal selam beneran, bukan pempek kapal selam ya.
Astagaaaa.... itu kapal selam ternyata guedeeeee banget, gajah aja kalah gede.

Baru kali ini liat yang namanya kapal selam beneran. Ga cuma liat dan pegang tapi bisa explore ke dalemnya, seru deh.
Ternyata biarpun dari luar super duper giant, tapi dalemnya imuuuut banget alias super sempit, karena saking banyaknya mesin-mesin dan peralatan yang terpasang di dalam.
Jadi, kalo ada yang berpikir bahwa dalem kapal selam itu kaya kapal pesiar, singkirkan jauh-jauh bayangan itu yah. Salah besar...! Di dalem kapal selam sangat ga nyaman, serba sempit, serba ngepas. Bahkan lorong yang biasa dilalui untuk orang jalan mondar mandir pun cuma pas untuk satu orang lewat. Jadi kalo sisipan mesti lakukan empat langkah berikut : ambil posisi miring, tempelin punggung ke tembok, tahan napas, dan kempesin perut. Naaaah baru deh bisa papasan sama orang lain hihihi....

Di dalam kapal selam ini ada tempat tidur, dimana orang cuma bisa rebahan, kalo sampe orang itu kaget dan langsung duduk saat dia terjaga, palanya bisa benjol. Kenapa? Karena persis di atas tempat tidur cuma ada sedikit ruang yang hanya cukup untuk miring kanan dan miring kiri saja. 

Selain tempat tidur, ada ruangan sejenis ruang meeting, ada ruang makan dan ada dapur. Semua serba sempit. Orang yang ada di dapur, cuma bisa putar ke kanan, putar ke kiri tanpa ada ruang untuk melangkah selangkah pun. Aduh... ibu-ibu, mari kita bersyukur atas dapur yang sempit di rumah kita. Nikmati apa yang ada, awak kapal selam jauh lebih sempit dapurnya.

Oke kita langsung aja ke informasi jam buka dan tiket masuknya yah.

Opening Hours 

Open 9am - 5pm (Monday - Thursday)
Open 9am - 6:30pm (Friday, Saturday, Sunday)


Ticket Prices as at 2016 (Foreigners and Malaysians with MyKad same price)
Adult RM 3
Child RM 1 (ages 7 - 12)
Child 6 Years and below: Free

Ga mahal yah biaya tiket masuknya, makanya untuk yang lagi mampir ke Melaka boleh banget tuh. Sayang sekali aku cuma bisa kasi dua foto, karena ruangan di dalamnya gelap remang, jadi waktu difoto ga jelas.

Dari kunjungan ini, kami dan anak-anak belajar bahwa ternyata untuk menjadi petugas angkatan laut sungguh tidak mudah, hidup di tempat yang sempit, tidur pun ga bisa nyaman.
Sangat dibutuhkan karakter yang kuat dan tahan banting, belum lagi dengan resiko yang harus mereka hadapi. Orang yang bertugas di dalam kapal selam adalah orang yang benar-benar terlatih dan cermat, karena sedikiiit saja kesalahan, akan membahayakan seluruh awak di dalam kapal selam tersebut.



Bagian dalam kapal selam 


Read More

Kamis, 05 Januari 2017

Homeschooling? Are you sure?

Homeschool atau Sekolah Formal?


"Kami homeschool." 
Dua kata ini mengubah duniaku. Mau tidak mau, saat kami memutuskan untuk homeschool, hidup kami dan anak-anak berbeda dengan hidup kebanyakan orang.

Di masa-masa kami bergumul memutuskan untuk homeschool atau sekolah formal, segudang pertanyaan memenuhi benakku dan kadang-kadang menjadi keraguan yang mengganggu.
Bagaimana aku yakin anak-anakku belajar semua hal yang perlu mereka tahu?
Kurikulum apa yang mau kita pakai?
Bagaimana jadwal sehari-hari?
Apa aku benar-benar mampu?
Apa yang aku mesti lakuin sekarang?

Sungguh, pertanyaan-pertanyaan itu mengusik keberanianku untuk mengambil keputusan ini. Belum lagi komentar dan pertanyaan orang sekitar yang sebenarnya aku yakin, mereka berkomentar karena kepedulian mereka, bukan karena mereka rese... bukan, bukan itu. I know it.

"Kaya anak ga normal aja, homeschool segala..."
"Ntar sosialisasinya gimana? Ntar anak lu kuper loh."
"Lebih baik sekolah formal, dia belajar dari banyak guru. Kalo di rumah kan ama elu doang..."
"Emang lu yakin, lu bisa?"
"Itu tanggung jawab besar loh, lu serius?"
"Hah? Namanya anak ya mesti sekolah lah...! Mau jadi apa anak lu kalo ga sekolah?"
Dan lain-lain, dan lain-lain yang bikin aku makin mengkerut untuk memasuki hutan belantara homeschool.

Saat itu, anak pertamaku Lio berumur dua tahun dan kami mulai mempelajari lebih dalam tentang homeschool. Kami berkenalan dengan keluarga-keluarga homeschool yang lain dan mendatangi rumah mereka untuk melihat langsung buku-buku dan ruang kelas mereka, dimana biasanya terdapat satu meja untuk si pengajar (mama) dan meja-meja kecil lain untuk anak-anaknya.
Hmmm... seru juga.... tembok-tembok penuh dengan tempelan rumus-rumus dan jadwal harian, buku-buku memenuhi rak, dan kehangatan sangat terasa dalam keluarga-keluarga tersebut.
Ya, kehangatan... karena anak-anak selalu di rumah dan mereka terbiasa berdiskusi bersama maka tercipta kedekatan antar orangtua dan anak.

Nah, hubungan kedekatan inilah yang paling menarik buat aku untuk tetep nekad berhomeschool. Dengan homeschool, banyak sekali waktu bersama dan selain belajar hal-hal akademis bersama, mereka belajar mengenal cara belajar satu sama lain (papa mamanya juga perlu belajar lagi loh), belajar menangani konflik bersama, dan belajar gimana caranya belajar bersama di satu ruang dengan anak berbeda umur dan materi pelajaran yang berbeda. Rame? Pastiiiii..... Rusuh? Hmmm yaaaa sometimes... hehehe.

Setelah mempelajari dari berbagai keluarga, masih saja aku belum mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana aku akan jalanin homeschool nantinya. Abstrak sekali di pikiranku. Kami berdoa dan menimbang-nimbang (khususnya aku, karena suami udah mantep banget pengen homeschool), dan lalu berdasarkan hasil pertimbangan dan karena liat suami udah mantep banget, wokeeee we'll do it beibeh!

Waktu Lio umur 4 tahun, aku sebenernya agak-agak deg-degan melewatkan kesempatan untuk daftarin dia ke TK. Ah, sekali lagi mantapkan hati, bulatkan tekad, singkirkan ketakutan, hadapi kenyataan,  dan kujalani hidup yang kupilih (kok jadi kaya lagu yak).

So, kita mulai beneran serius pake bahan homeschool di saat  Lio umur 4 tahun. Sambil nyambi urus Zo yang waktu itu umur 1 tahun dan masih nyusu... ooh repot, iya bener repot. Zo berada di ruang yang sama dengan kami sambil main sendiri atau duduk di pangkuanku. Kalo aku urus Zo bentaaar aja, Lio langsung ilang konsen dan bukan cuma konsennya doang yang ilang, tapi Lio nya juga ngilang karena dia masuk kolong, ngumpet sambil ketawa-tawa. Haiyaaaa....  ulang lagi dong dari awal, warming up lagi biar dia konsen lagi. Di satu tahun pertama perjuangan banget buat kita, berjuang keras untuk adaptasi. Lio pertama kalinya mesti duduk belajar dengan serius setelah tiga tahun hidupnya happy-happy setiap hari.

Di awal kami mulai, Lio cuma belajar dua subject, yaitu phonics dan math. Nah karena guru cabutannya ini ga pernah tau apa itu phonics, otomatis si guru cabutan ini kudu belajar dulu tentang phonics di saat dua muridnya udah bobo. Kadang ada masanya aku bingung di tengah-tengah aku lagi ngajar... aku diem dan baca ulang dan ulang lagi. Lio biasanya bilang "Mama bingung yaaaa?" trus dia pelan-pelan melipir turun dari kursi dan cari mainannya. Ntar waktu aku sudah ngerti, baru aku panggil lagi, "Liooo ayo kita lanjut."
"Mama sudah ngerti? Sungguh?"
Dan muridpun mengerti bahwa gurunya tidak sungguh-sungguh mengerti ahahaha....

Kadang-kadang waktu aku serius bacain sesuatu untuk Lio, dia dengerin dengan serius tapi lama-lama matanya tertutup secara bertahap. Yaaaah.... pules deh dia. Ya udahlah biarin dia bobo 30 menit, trus dibangunin dan suru cuci muka laluuuu kita mulai lagiiii. Nah karena itu aku belajar untuk menentukan jadwal yang konsisten setiap hari untuk memulai kegiatan belajar, biarpun buat aku untuk jadi konsisten itu susah sekali. Kadang pas lagi mau mulai ngajar, tukang sayur lewat dan aku keinget sisa bawang merah tinggal dikit doang. Lari dulu deh bentar kejar tukang sayur, ajak Lio dan Zo keluar sambil ajarin mereka hitung berapa jumlah bawangnya dan berapa kembaliannya. Ah ga mau rugi, tiap moment dipake untuk belajar.

Sampai hari ini Lio sudah 11 tahun dan Zo 8 tahun, kami masih menjalani homeschool dengan berbagai variasi rasa. Dengan gembira? Iya. Dengan berurai air mata? Iya juga... Dengan marah2? Kadang... Dengan berdarah-darah? Ga lah... lebay itu.

Tapi yang pasti sampai hari ini kami berempat sangat menikmati proses ini. Hal yang aku pelajari adalah bahwa untuk mengajar anak-anak yang pertama-tama perlu diubah adalah diri kita sendiri. Karena they are watching us. BEWARE!!! They are watching us. Apapun yang kita lakukan dan yang kita katakan, itu yang jadi pola untuk apa yang anak-anak lakukan juga nantinya. Dengan homeschool, anak-anak melihat kami sampai ke hal-hal detail dan mereka mengenali setiap kekuatan dan kelemahan kami, karena itu kami membiasakan diri untuk minta maaf apabila kami melakukan kesalahan baik saat kami bersalah terhadap anak-anak maupun saat mereka melihat kami bersalah terhadap orang lain. Minta maaf karena kami tidak menjadi contoh yang baik buat mereka. Dan ga jarang kami menceritakan kegagalan kami kepada anak-anak sebagai contoh supaya mereka ga mengulanginya lagi. Ini justru sangat menghangatkan hubungan kami. Mereka tahu persis bahwa kami jauuuh dari sempurna dan kami bersama-sama saling dukung untuk saling mengisi kekurangan kami.

Oyaaaah, tuh lupa kan. Ini tentang pertanyaan untuk homeschoolers yang pualiiiiing sering di seluruh dunia.

"Pergaulannya gimana? Sosialisasinya gimana?"

Di kota kami ada beberapa komunitas homeschool dan anak-anak kami tergabung di dalamnya. Tiap komunitas ada banyak macam, ada yang ketemu tiap bulan, tiap dua minggu ataupun tiap minggu. Di sana mereka bergaul dari yang kecil sampe yang besar tumplek blek jadi satu, ga dikelompok-kelompokkin sesuai umur. Anak yang besar main bareng anak yang kecil sambil jagain mereka, dan anak-anak kecil belajar untuk respek ke anak-anak yang besar. Di sini juga mereka belajar tentang keteladanan. Anak besar akan menjaga perilakunya karena mereka tahu ada adik-adik yang meneladani mereka. Toh di kehidupan nyata nantinya kita bergaul ga di kelompok-kelompokkin sesuai umur kita kan?

Eh, tapi jawaban ini masih akan menimbulkan pertanyaan yang selanjutnya, yaitu :

"Emang cukup ketemu cuma seminggu sekali?"

Tentang pertanyaan ini, tiap keluarga punya jawaban masing-masing sesuai kondisi keluarga. Kalo dalam keluargaku, dengan jadwal suami yang sangat fleksibel karena dia bukan orang kantoran, jadi aku dan anak-anak sering ikut kalau ada jadwal yang memungkinkan untuk kami ikut. Di sana anak-anak bertemu dengan om-om dan tante-tante, dan mereka jadi terbiasa untuk ngobrol dengan orang dari berbagai usia dan berbagai background. Selain itu, mereka mendapatkan teman-teman main dari les-les yang mereka ikuti.

Next question adalah : "Ntar ijazahnya gimana?"

Sejujurnya, waktu aku memulai homeschool aku sendiri masih belum tau gimana nanti masalah ijazah. Agak nekad juga waktu itu... bukan agak nekad tapi bener-bener nekad. Sambil kami jalani homeschool pelan-pelan aku belajar, ternyata anak-anak bisa ikut ujian kejar paket A, B dan C untuk kelulusan SD, SMP dan SMA. Ga terlalu susah, asal mengikuti syarat-syarat yang diminta di masa itu (kan tiap masa syaratnya bisa ganti-ganti tergantung kebijakan pemerintah yang berwenang saat itu).

Sekarang mari kita coba lihat plus dan minus dari homeschool.

Plus point of homeschool :
1. Kedekatan antara anak dan orangtua
2. Orangtua mengetahui kekuatan dalam diri anak dan bisa fokus mengembangkan kekuatan itu.
3. Fleksibilitas waktu
4. Bisa pilih bahan yang penting-penting aja yang dipelajari.
5. Lebih mengandalkan pengertian anak daripada sekedar hafalan.
6. Kalau anaknya banyak, biaya lebih murah daripada sekolah formal yang swasta.

Minus point of homeschool :
1. Anak kurang merasakan tantangan yang diperoleh dari teman-teman ataupun guru
2. Orangtua, terutama ibu kekurangan waktu untuk diri sendiri
3. Agak susah menerapkan disiplin waktu
4. Butuh mbak buat bantu-bantu kerjaan rumah selama kita ngajar
5. Anak kurang kompetitif

Silakan ditimbang-timbang plus dan minusnya, beda tipis, cuma selisih satu angka tapi bisa dilihat mana hal yang lebih prinsip menurut keluarga kita masing-masing. Yang terpenting, suami istri mesti sepakat, jangan memutuskan untuk homeschool kalo pasanganmu belum setuju untuk itu. Ngejalanin homeschool dengan kesepakatan suami istri aja ga gampang sampe pake nangis-nangis bombay, apalagi kalau tanpa ada kesepakatan antara suami dan istri.

Oke.... semoga tulisan ini berguna untuk yang lagi bingung menimbang-nimbang mau homeschool atau sekolah formal. Homeschool itu baik tapi bukan selalu yang terbaik. Ada kekuatan dan kelemahannya dibanding dengan sekolah formal, tergantung pada kondisi dan kebutuhan masing-masing keluarga.



Read More

Rabu, 28 Desember 2016

Anakku Sembuh dari Sakit Maag

Semangat moms ! Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Senyummu bikin happy anak yang sedang sakit.

Sedihnya waktu melihat anak sakit, apalagi di saat dia mengerang menahan sakitnya sambil meringkuk memegang perutnya. Ga ada yang bisa aku lakuin selain usap-usap punggungnya, pijitin kakinya dan tawarin dia minum air hangat.
Sedih, takut, kuatir, panik semua campur jadi satu dan cuma berani nangis dalam hati karena aku ga mau Zo jadi makin sedih liat mamanya nangis.

Yang paling sering rasa sakit itu datang di malam hari, saat dia mau bobo. Aku cuma bisa berteriak dalam hati minta pertolongan Tuhan... ajak Zo berdoa bareng minta kesembuhan.

Sebenernya sejak  dulu, Zo beberapa kali suka bilang mual ato kadang perutnya perih, tapi setelah dikasi makan atau digosokin minyak, perutnya pulih lagi. Aku pikir, ah ini cuma masuk angin biasa, ntar juga sembuh sendiri.

Tapi sejak April lalu, mendadak dia sakit perut sepanjang hari. Dia bilang perutnya perih di sekitar udelnya.... Sakitnya cukup mengganggu dan sampe bikin dia nangis. Berbagai cara aku lakuin, dari olesin minyak kayu putih, kasi jahe, kasi madu... masih juga ga mendingan. Oke deh, kita ke dokter anak deket rumah, karena selama ini memang kita jarang sekali ke dokter anak, jadi ga punya dokter langganan.

Dokter pertama bilang ini sakit mag, dan dikasi obat mag. Kalo obat habis dan belum sembuh diminta untuk test darah untuk periksa apakah ada helicobacter pylori di darahnya. Pulang dari dokter, aku berdoa semoga sembuh cukup dengan obat ini.
Tapi ternyata setelah lima hari, sakitnya masih tetep sama. Terpaksa deh kita bawa Zo ke lab. Sebenernya aku ga tega bayangin Zo diambil darahnya. Di perjalanan, aku jelasin ke Zo apa yang akan dia hadapi nanti. Aku ga tunjukkin ke Zo kekuatiranku supaya dia ga jadi ikut takut atau kuatir.

Tapi ternyata dia hadapi jarum suntik dengan gagah berani, dia duduk dan melototin jarum yang nangkring di lengannya dengan santai. Mungkin karena dia relax dan susternya pinter, jadi dia cuma meringis sedikit. Hasilnya... negatif pylori, yeeeayyy.
Lah, kalo pylori negatif, jadi kenapa yah?
Kita balik lagi ke dokter dan dikasi surat rujukan USG abdomen untuk liat rongga perutnya.

Kirain USG abdomen anak seharga kurang lebih sama dengan USG kandungan di RSIA, ternyata biayanya hampir 1 juta.. oooh mahalnya.
Kita ke RS Bunda untuk USG abdomen, semua diliat dari ginjal, usus buntu, hati, dll dan dari situ ketahuan ada penebalan dinding lambung. Kenapa menebal? Karena ada luka yang menyebabkan terjadinya penebalan. Cuma itu penjelasannya...

Nah, berdasar hasil USG maka si dokter kasi obat mag yang lebih keras dan... mahal - Nexium, yang mesti diminum setiap hari. Deg-degan juga sebenernya kasi obat ini ke anak seumur Zo (6th). Oyah, dokter yang lakuin USG ini baik sekali, setelah selesai proses USG Zo, dia panggil Yo untuk di USG juga, dia jelasin ke kita perbandingan bentuk lambung Zo dan Yo. Just fyi, USG nya di YPK Menteng.
Ah tapi aku pikir yang penting dia ga ngerasain sakit dulu deh... rasanya bener-bener ga tau apa yang mesti dilakuin. Liat Zo kesakitan setiap hari bikin aku susah mikir.

Dengan penuh pengharapan aku kasi obat itu ke Zo, sakitnya berkurang sedikiiiiiit sekali. Hmmm aku pikir mungkin butuh proses.
Sehari, dua hari, tiga hari.... aku coba bersabar... sampe akhirnya hari ke 9 ga ada perubahan yang berarti.. Beberapa kali aku telpon ke dokter dan dia selalu bilang, opname ajaaaa infus 7 hari dan ga usah makan apa-apa, pasti cepet sembuh.
What? Opname dan ga makan apa-apa? Hmmm..... pikir-pikir dulu deh.

Akhirnya dalam kebingungan, kita pergi ke dokter spesialis gastrohepatologi anak. Pak dokter yang satu ini kaget juga liat Zo sudah 10 hari minum nexium dan blm ada perbaikan. Dan dia bilang semua test darah dan USG yang sudah kita lakuin itu ga signifikan dan sebenernya ga diperlukan. Waduh... jadi buat apa dong semua itu?
Alasannya karena bertahun2 beliau jadi ahli gastro anak, ga pernah ada yang kena helicobacter pylori. Dan USG itu ga representatif karena cuma bisa liat dari sisi luar doang. Jadi dia minta segera dilakuin endoskopi supaya bisa liat isi lambung dan usus dua belas jari. Glek... endoskopi? Anakku mesti endoskopi? Bayanginnya aja ngeri...
"Berapa Dok?"
"7 juta."
Glek lagi... ngeri kuadrat deh...

Kita coba diskusi ke dokter, apakah ada cara lain? Bisa coba obat yang lain dulu?
Nah untung si dokter baik, dia mau kasi resep obat domperidon dan bilang "coba aja dulu obat ini 2 minggu ya, kalo sembuh ya ga usah endoskopi."
Fiuuuh....

Hari-hari pertama Zo minum domperidon, kondisinya getting better and better. Aaaah... senangnya.... aaaah.... leganya... Terima kasih dokter gastro, terima kasih Tuhan... It's work!

Tapi, di hari-hari ke 10 sampe obat abis... sakit lagi... oooh nooo.... apa lagi nih?

Nah suatu hari, aku ketemu satu ibu cantik, sahabatku yang sudah lamaaaa ga ketemu. Waktu kita asik ngobrol, Zo dateng ke aku dan bilang, perutnya sakit.
Temenku ini dari bertahun-tahun lalu aku kenal dia, dia kena mag akut.... dulu dia bisa pingsan karena sakit mag-nya.
Begitu dia tau Zo sakit mag, dia langsung keluarin 1 sachet kecil, dia bilang itu enzym. Selama ini dia udah ga pernah lagi kumat sakit mag sejak minum enzym ini.
Zo yang udah nahan sakit, langsung nurut waktu dikasi makan enzym.  Cuma dalam waktu 10 menit, Zo minta makan, laper katanya.
Loh... kaget. Tadi barusan dia sakit perut, sekarang dia minta makan dan sakitnya udah ilang.
Ternyata itu juga yang dialami si ibu cantik sahabatku itu saat dia minum enzym tersebut.
Dia dapetin enzym ini dari temannya saat dia lagi kesakitan karena maag dan langsung enakan begitu dia makan satu sachet enzym tersebut.

Besoknya saat ngerasa sakit, Zo minta enzym. "Mama, beli aja dong enzym nya. Perut Zeo jadi enak setelah makan enzym itu kemaren."

Hmm aku langsung cari informasi tentang enzym ini dan segera membelinya. Ternyata enzym yang Zo coba ini menggunakan bahan-bahan herbal, jadi ga ada efek sampingnya.
Bersyukur banget, dengan enzym dan doa yang ga putus2, Zo perlahan mulai sembuh. Frekuensi sakit perutnya makin lama makin jarang dan lama-lama hilang sama sekali.

Saat ini Zo sudah sehat, sudah ga pantang-pantang lagi makannya. Terkadang saya kasi enzym lagi untuk maintain kondisi lambungnya.

Aku tuliskan pengalaman ini, untuk share pengalaman karena aku selama berapa bulan kemaren merasakan betapa bingungnya kalo ngeliat anak sakit dan seneng sekali kalo denger atau baca pengalaman orang lain. Aku jadi merasa ga sendirian dan bisa belajar dari pengalaman moms yang lain saat anaknya ngalamin sakit mag.

Ayo moms, semangat !!!! Tetep tersenyum yah...biarpun hatimu kocar kacir ga karuan (I do really understand).
Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Bikin anak happy... Senyummu bisa bikin mereka happy dan merasa aman.
My hug for all of you....



Read More

Senin, 26 Desember 2016

Pindang Bandeng (Presto) Serani

Hari ini bingung mau masak apa, akhirnya aku keluarin stock ikan yang aku beli di Ancol Sabtu lalu. Aku beli langsung dari nelayan di kapal-kapal yang berhenti di dermaga pantai. Ikan-ikan segar di sana selalu bikin aku kalap untuk belanja. Biarpun harganya ga beda jauh dengan harga di pasar, tapi ikan di Ancol ini langsung dijual oleh nelayan yang baru pulang melaut.

Bandeng... ikan yang uenak tapi durinya sangat mengganggu.
Bandeng... oh bandeng... seandainya kau ikan yang tak berduri...
Favorit di rumahku adalah bandeng yang dimasak pindang serani. Tapi supaya ga repot pilihin duri-duri ikan ini, biasanya aku bikin empuk dulu tulang belulang si bandeng dengan cara dipresto.

Yuk langsung aja kita eksekusi si bandeng.

Bahan:

2 ekor bandeng
2 asam jawa seukuran jempol tangan
15 bawang merah
5 cabe keriting
10 cabe rawit merah
2 bh kunyit
1 iris lengkuas
6 tomat ijo belah empat
4 belimbing wuluh (kalau ada)
2 batang sereh
3 lembar daun salam
Garam secukupnya
Gula merah lumayan banyak sampe kuahnya coklat

Cara masak :

Pertama, bakar bawang merah sekulit-kulitnya, cabe keriting segagangnya, kunyit dengan kulitnya dan asam jawa. Biasa aku bakar dengan cara ditaro di atas kuali tanpa minyak, dibolak balik sampe agak gosong.

Setelah dipanggang, kupas kulit bawang merah, biarkan bulat-bulat. Kupas kulit kunyit lalu iris tipis. Lalu sisihkan bawang merah, cabe keriting dan asam yang sudah dibakar.

Masukkan potongan ikan bandeng, kunyit, daun salam, lengkuas, sereh dan garam ke dalam panci presto dan masak selama dua jam.

Setelah selesai presto, nyalakan lagi kompor dan masukkan bawang merah, asam dan cabe keriting yang sudah dibakar dan jangan lupa masukkan gula merah yang sudah dicairkan terlebih dahulu.
Cicipi sampe rasa asam, manis dan asin pas di lidah.
Terakhir, kalau rasa sudah oke, masukkan tomat hijau, belimbing wuluh dan rawit merah. Oyah, rawitnya biarin aja bulet-bulet berenang di kuah. Rawit ini bisa digerus khusus untuk para penggemar pedas... hmmm.... sedaaap.

Sebenernya pindang bandeng ini lebih enak kalau ga langsung dimakan setelah matang. Biarkan dulu bumbunya meresap beberapa jam, maka rasanya akan lebih merasuk di lidah.

Jangan lupa, pindang bandeng ini enak banget kalo makannya ditemenin ama emping. Jadi rasanya asem, asin, manis plus kriuk-kriuk emping.

Yuuuk silaken dicoba....

Oyah, buat yang pengen makan pindang bandeng ini tapi males masaknya, bisa juga beli di Lumba-Lumba yang di Kota Tua Jakarta. Aku sudah pernah coba pindang serani di sana, enak mirip aslinya.



Read More

Sabtu, 23 April 2016

Makanan Semarang di Kota Tua Batavia

Siapa yang ngga kenal bandeng presto Semarang? Bandeng di Lumba-Lumba sangat fresh karena dibikin dadakan.

Di tengah panas gersangnya Kota Tua, di antara debu yang berterbangan di sela-sela kepadatan lalu lalang mobil, motor dan angkot, ternyata ada satu tempat pelepas lapar dan dahaga dimana kita bisa duduk santai sambil menikmati lezatnya makanan dan minuman khas Semarang. Seperti oase, tempat ini sangat pas untuk dikunjungi setelah penat mengantri di kantor imigrasi ataupun setelah puas nongkrong di lapangan Fatahilah.

Lumba-Lumba nama tempat ini, menawarkan menu yang menggugah selera dengan harga yang bersahabat plus tempat yang nyaman. Tempat ini jadi tempat kegemaran saya setiap kali saya berada di daerah kota. Setiap kali saya selalu kalap memilih menunya yang menggoda. Dari nasi goreng babat, soto Semarang, tahu pong, tahu gimbal, mie jawa dll semuanya enak dan bikin saya balik lagi dan lagi ke Lumba-Lumba.

Menu yang paling menarik buat saya adalah bandeng presto dan lumpia Semarang, karena rasanya benar-benar mirip jika saya membeli di Semarang. Bandeng presto dan lumpia dapat dimakan di tempat maupun dibungkus dengan kemasan yang menarik. 

Mari kita menjelajah melalui foto...

Menu Tahu Gimbal Semarang, uenak pol

Mie Jowo

Bandeng dijual perkg, bisa pilih sendiri mau ikan yang besar atau yang kecil.

Penampakan luar restoran, di ujung jalan kemukus Kota Tua dan suasana nyaman di dalam restoran.

Menyediakan juga berbagai cemilan tradisional yang jarang ditemukan di Jakarta.

Sekilas menu Lumba-Lumba yang menggugah selera.... yummy...





Detail menu Lumba-Lumba ini saya foto di tahun 2016 awal.


Menarik bukan? 
Sayang sekali lumpia yang saya pesan sudah masuk perut sebelum difoto. Ga kuat menahan diri untuk ga makan lumpia gorengnya.


Read More

Kamis, 31 Maret 2016

Bersahabat Dengan Anak

Persahabatan dengan anak dapat dicapai jika kita memiliki komunikasi yang baik.

Hal yang sangat dibutuhkan dalam suatu persahabatan adalah komunikasi. Begitu juga jika kita mau memulai persahabatan dengan anak kita. Setiap anak mempunyai sifat dan karakter yang berbeda karena itu jika kita memiliki lebih dari satu anak, pastinya kita juga memiliki hubungan yang berbeda dengan setiap mereka.

Anak-anak harus merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan mereka. Komunikasi itu berbagi, bukan memaksa. Banyak orangtua memaksakan perkataannya harus diterima sebagai hukum yang berlaku di rumah, hal ini membunuh komunikasi antara orangtua dan anak. Menghormati ide anak-anak tanpa terus memberi nasihat menciptakan komunikasi yang jujur dan terbuka. Hindarkan kebiasaan mengkritik jika kita mau masuk ke dalam kehidupan anak kita. Beri prioritas untuk mendengarkan anak-anak saat mereka ingin bicara pada kita.

Pesan "Aku" dan bukan pesan "Kamu"
Sebagai orangtua sebaiknya kita belajar untuk berkomunikasi dengan pesan "aku", yaitu berbicara sehingga anak mengerti kebutuhan dan alasan permintaan orangtua. Anak-anak kemudian lebih memungkinkan dengan bertanggung jawab mengubah kelakuan mereka. Mereka perlu tahu bahwa perilaku mereka bisa mempengaruhi dan mengganggu orang lain.

Contoh pesan "aku":
"Aku (mama) tidak bisa mendengar kalau musikmu terlalu keras."
"Aku (ayah) sedih kamu berkelahi di sekolah tadi. Apa yang terjadi?"
"Aku (ibu) sangat senang kalau kamu berusaha menjaga kerapian kamarmu."

Pesan "aku" bicara kepada anak-anak dengan tetap menghormati mereka dan ini juga akan menjadikan mereka menjadi menghormati kita.

Sebaliknya, pesan "kamu" cenderung menuduh, menghakimi dan mengancam.
Komunikasi dengan pesan "kamu" tidak membuat anak berubah, sebaliknya mereka justru lebih defensif, memberontak dan marah. Dan pada akhirnya hanya mengasilkan hubungan yang rusak antara kita dan anak.

Contoh :
"Kamu jorok amat, bersihkan kamarmu."
"Jangan membantah, lakukan saja perintah ayah atau kamu tidak boleh kemana-mana selama seminggu."
"Kamu selalu cari masalah, kenapa tadi berantem di sekolah?"

Berkomunikasi dengan kasih sayang
Menunjukkan kasih kepada anak-anak secara verbal adalah penting bagi anak-anak sejak mereka kecil sampai mereka tumbuh dewasa. Kebanyakan orangtua hanya menunjukkan ekspresi kasih sayangnya saat anak-anak masih kecil. Setelah anak-anak tumbuh besar, pelukan dan ekspresi kasih melalui kata-kata semakin berkurang dan akhirnya hilang.

Banyak orangtua merasa, dengan melihat betapa banyak pengorbanan dan jerih lelahnya membuat anak-anak mengerti bahwa orangtuanya sangat mengasihi mereka. Tapi sesungguhnya tanpa pernyataan "Kami sayang kamu", anak-anak merasa bahwa kita hanya melakukan kewajiban kita sebagai orangtua.

Jadi, sering-seringlah memeluk dan mengucapkan "Kamu sungguh berharga buat ayah," "Bahagianya ibu menjadi ibumu" kepada anak yang kecil maupun yang sudah bertumbuh besar. Dan itu akan menjadikan mereka sahabat kita.


Read More

Senin, 25 Januari 2016

Salad Buah Sehat


Ini adalah salad yang sangat segar kesukaan kami sekeluarga. Selain sehat, cara membuatnya juga sangat mudah.

Bahan :
2 buah apel
1 buah mangga
1 buah kiwi, iris tipis
15 buah anggur, belah dua
1 buah naga
1/2 buah melon atau cantelope
Daging kelapa muda
Nata de coco
(Semua bahan di atas opsional, tergantung selera dan musim. Yang penting, pilih buah yang tidak berair.)

Dressing :
Yoghurt kental (biasa aku pake Cimory Strawberry Yoghurt)
Keju cheddar

Cara membuat :
Cuci semua buah-buahan, kemudian iris kotak apel, mangga, buah naga dan melon.
Campurkan semua potongan buah, daging kelapa muda dan nata de coco, letakkan di pinggan yang lebar.
Siramkan yoghurt di atasnya sampai semua buah tertutup. Parut keju di atas yoghurt sampai seluruh permukaannya tertutup parutan keju.
Simpan di kulkas jika tidak langsung dimakan.

Hmmm, segarrr....
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Elzoria Story, AllRightsReserved.

Blogger theme by Safetricks.com Designed by ScreenWritersArena