Berlibur tanpa anak tetap bisa happy. |
Rasanya ada yang kurang, pergi ke Bali tanpa anak-anak. Tapi kalo suami sudah ajak dan dia yakin anak-anak akan baik-baik saja di rumah... masa aku tetep ngotot mau temenin anak-anak di rumah?
Apalagi waktunya sangat mepet, cuma 2 hari sebelum keberangkatan baru suami memutuskan untuk mengajakku. Wah, waktu yang sangat singkat untuk persiapan hati, persiapan rumah, persiapan jadwal anak-anak, persiapan makanan anak-anak, packing... banyak sekali yang harus dipersiapkan.
Perasaanku campur aduk, antara perasaan pengen ikut dan rasa bersalah kalau aku harus meninggalkan anak-anak hanya untuk menemani suami. Aku ga punya kepentingan apapun di Bali selain menemani suami. Apakah aku egois?
Dalam kondisi ragu, iseng-iseng aku nanya ke Lio dan Zo untuk tau respon mereka, gimana kalo mama ikut ke Bali bareng papa? Mereka jawab dengan mantap, "OK mama, no problem. Berapa hari?"
"Lima hari" jawabku. "Ok," kata mereka.
Hah? Ga salah ya aku denger jawaban mereka? Jauh dari yang aku pikirkan, kupikir mereka bakal merengek untuk ikut, atau memintaku untuk tetap tinggal di rumah bareng mereka. Apalagi selama ini Zo sangat-sangat nempel kaya perangko.
Hmm dengan jawaban anak-anak yang mantap, ternyata masih belum cukup untuk memantapkan hatiku untuk ikut. Bimbang, masih berat rasanya berpisah dari anak-anak. Satu persatu kekuatiran mulai bermunculan dalam pikiranku, takut mereka berantem, takut mereka sedih, takut mereka jatuh, takut mereka kesetrum, siapa yang selimutin mereka saat mereka kedinginan tengah malam, dst, dst. Hahaha... parno yah.
Malam itu aku susah tidur karena dilema ini, paginya aku menelpon mamiku. Aku butuh masukan beliau. Ini jawabnya, "Kalo suami ajak, kamu ikut. Gimanapun suamimu lebih penting daripada anak-anak. Tiap hari kamu bisa ketemu anak-anak, tapi kesempatan liburan berdua dengan suami itu jarang sekali."
Ok, jawaban itu benar dan masuk akal menurutku. Dan membuatku lebih mantap memutuskan untuk ikut.
Setelah keputusanku untuk ikut, hari itu menjadi hari yang sangat sibuk. Waktuku hanya sehari untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Masih ditambah dengan berbagai jadwal meeting di hari itu.
Hari itu aku belanja ke supermarket untuk beli snack yang dibutuhkan, beli sarapan-sarapan praktis seperti cereal. Ke Gramedia untuk beli Activity Book untuk Zo kerjakan di rumah supaya ga kurang kerjaan. Membuat jadwal homeschool harian anak-anak selama aku ga ada di rumah. Ya, jadwal sangat penting buat kami karena Lio dan Zo 24 jam berada di rumah, mereka tidak pergi ke sekolah.
Untuk mengantisipasi rasa sendiri mereka, snack-snack yang kubeli, aku bungkus jadi 5 bungkusan. Setiap hari mereka boleh buka 1 bungkus. Dan hanya boleh dibuka setelah mereka selesai belajar dan mengerjakan workbook yang saya tugaskan. Bungkusan-bungkusan ini membuat mereka happy karena ada sesuatu yang mereka tunggu-tunggu setiap hari.
Di hari-hari biasanya, mereka bisa nonton film dan main games hanya saat weekend. Tapi untuk saat aku pergi, aku ijinin mereka selang seling sehari main games, sehari nonton film. Main games 30menit/hari dengan syarat tanpa buka internet.
Untuk antisipasi pertengkaran antara mereka, aku bilang berulang-ulang ke El dan Zo bahwa mereka adalah satu tim, jadi kalian harus saling dukung satu sama lain. Pikirkan kepentingan orang lain lebih daripada kepentinganmu sendiri. Aku minta El untuk jaga Zo, dan aku minta Zo untuk hormati El, karena El yang akan jaga dia.
Akhirnya hari keberangkatan tiba, aku berangkat dari rumah pukul 6 pagi. El dan Zo sudah pesan dari malam sebelumnya untuk bangunin mereka sebelum aku berangkat. Pagi itu mereka antar kami sampai ke pintu gerbang dengan ciuman dan tanpa tangisan. Malah mereka excited dengan kado dan ijin nonton dan games setiap hari.
Hahaha, aku pergi dengan tenang karena aku tau mereka happy.
Yeeeaaay Baliiii, here I come....!
Dalam kondisi ragu, iseng-iseng aku nanya ke Lio dan Zo untuk tau respon mereka, gimana kalo mama ikut ke Bali bareng papa? Mereka jawab dengan mantap, "OK mama, no problem. Berapa hari?"
"Lima hari" jawabku. "Ok," kata mereka.
Hah? Ga salah ya aku denger jawaban mereka? Jauh dari yang aku pikirkan, kupikir mereka bakal merengek untuk ikut, atau memintaku untuk tetap tinggal di rumah bareng mereka. Apalagi selama ini Zo sangat-sangat nempel kaya perangko.
Hmm dengan jawaban anak-anak yang mantap, ternyata masih belum cukup untuk memantapkan hatiku untuk ikut. Bimbang, masih berat rasanya berpisah dari anak-anak. Satu persatu kekuatiran mulai bermunculan dalam pikiranku, takut mereka berantem, takut mereka sedih, takut mereka jatuh, takut mereka kesetrum, siapa yang selimutin mereka saat mereka kedinginan tengah malam, dst, dst. Hahaha... parno yah.
Malam itu aku susah tidur karena dilema ini, paginya aku menelpon mamiku. Aku butuh masukan beliau. Ini jawabnya, "Kalo suami ajak, kamu ikut. Gimanapun suamimu lebih penting daripada anak-anak. Tiap hari kamu bisa ketemu anak-anak, tapi kesempatan liburan berdua dengan suami itu jarang sekali."
Ok, jawaban itu benar dan masuk akal menurutku. Dan membuatku lebih mantap memutuskan untuk ikut.
Setelah keputusanku untuk ikut, hari itu menjadi hari yang sangat sibuk. Waktuku hanya sehari untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Masih ditambah dengan berbagai jadwal meeting di hari itu.
Hari itu aku belanja ke supermarket untuk beli snack yang dibutuhkan, beli sarapan-sarapan praktis seperti cereal. Ke Gramedia untuk beli Activity Book untuk Zo kerjakan di rumah supaya ga kurang kerjaan. Membuat jadwal homeschool harian anak-anak selama aku ga ada di rumah. Ya, jadwal sangat penting buat kami karena Lio dan Zo 24 jam berada di rumah, mereka tidak pergi ke sekolah.
Untuk mengantisipasi rasa sendiri mereka, snack-snack yang kubeli, aku bungkus jadi 5 bungkusan. Setiap hari mereka boleh buka 1 bungkus. Dan hanya boleh dibuka setelah mereka selesai belajar dan mengerjakan workbook yang saya tugaskan. Bungkusan-bungkusan ini membuat mereka happy karena ada sesuatu yang mereka tunggu-tunggu setiap hari.
Di hari-hari biasanya, mereka bisa nonton film dan main games hanya saat weekend. Tapi untuk saat aku pergi, aku ijinin mereka selang seling sehari main games, sehari nonton film. Main games 30menit/hari dengan syarat tanpa buka internet.
Untuk antisipasi pertengkaran antara mereka, aku bilang berulang-ulang ke El dan Zo bahwa mereka adalah satu tim, jadi kalian harus saling dukung satu sama lain. Pikirkan kepentingan orang lain lebih daripada kepentinganmu sendiri. Aku minta El untuk jaga Zo, dan aku minta Zo untuk hormati El, karena El yang akan jaga dia.
Akhirnya hari keberangkatan tiba, aku berangkat dari rumah pukul 6 pagi. El dan Zo sudah pesan dari malam sebelumnya untuk bangunin mereka sebelum aku berangkat. Pagi itu mereka antar kami sampai ke pintu gerbang dengan ciuman dan tanpa tangisan. Malah mereka excited dengan kado dan ijin nonton dan games setiap hari.
Hahaha, aku pergi dengan tenang karena aku tau mereka happy.
Yeeeaaay Baliiii, here I come....!