I write about values, jalan-jalan, anak-anak, fun learning and so on.

Kamis, 10 Desember 2015

If Children Live with Pity, They Learn to Feel Sorry for Themselves

Anak yang Dikasihani Akan Belajar untuk Mengasihani Dirinya Sendiri


4249063283 a6844e5755
Orang yang suka mengasihani diri sendiri, akan merasa seperti terperangkap dalam pasir hisap yang terus menyedotnya dan seakan-akan dia tidak bisa menolong dirinya sendiri. Satu-satunya harapan adalah jika ada orang lain datang untuk menariknya dari pasir hisap tersebut.

Jika kita mengasihani anak kita atau mengasihani diri kita sendiri, secara tidak langsung kita mengajarkan kepada anak kita untuk mengasihani diri sendiri. Hal ini tidak menanamkan inisiatif, daya juang dan semangat dalam diri mereka. 

Tentunya kita tidak ingin anak-anak kita menjadi anak yang lemah yang mengasihani dirinya sendiri saat menghadapi tantangan kan? Kita bisa menjadi teladan yang benar dengan cara menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup kita dengan kepala tegak. Dan kita juga harus percaya bahwa anak-anak kita bisa menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka.

Setiap kita pernah mengalami saat-saat mengasihani diri sendiri. Kita merasa tidak dihargai, hidup tidak berjalan sesuai yang kita mau...
"Kenapa aku?" adalah pertanyaan yang paling sering terlintas.
Kalau kita tidak waspada, mengasihani diri bisa menjadi hal yang membawa kita ke dalam keputus-asaan. Dan itu akan membuat kita terjebak di dalamnya.

Anak-anak sering mengasihani dirinya sendiri, dan hal ini sering menyebabkan kita jatuh kasihan kepada mereka. "Perutku sakit," rengek Trisha (4 tahun) "Aku ga mau berangkat ke sekolah." Sambil meringis memegang perutnya. Mama bertanya-tanya dalam hatinya. Apa dia benar-benar sakit? Lebih baik dia istirahat di rumah atau sekolah? Apa dia perlu dibawa ke dokter? Apa dia hanya mencari perhatian?

Jika mamanya menduga bahwa ini hanyalah alasan untuk tidak pergi ke sekolah, dia bisa bertanya pada Trisha, "Hal terburuk apa yang akan terjadi kalau kamu berangkat ke sekolah?" "Kalau kamu bolos, apa yang kamu mau lakukan?" Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini bisa menolong Trisha mengetahui apa sebenarnya yang dia butuhkan tanpa harus mengasihi dirinya sendiri.

Hal lain yang anak-anak sering bilang adalah "Aku nggak bisa." Hal ini bisa menghambatnya untuk belajar hal-hal baru. Sering kali arti yang sebenarnya adalah "Aku nggak mau". Kalau kita membiarkan hal ini, berarti kita menyetujui bahwa anak kita tidak mampu sebelum mencoba. Meskipun sulit, kita perlu memberikan tantangan untuk anak kita, mengabaikan alasannya dan mendukung mereka melakukan hal yang baru. Di saat yang sama, kita tetap menerima perasaan mereka.

Ben frustasi dengan PR matematikanya. Ayahnya menanggapi dengan serius rasa frustasi Ben tapi tidak mengasihaninya dan memintanya untuk terus mencoba. "Ingat tahun lalu waktu kamu nggak bisa kerjain PR matematikamu? Kamu bertanya kepada ibu guru lalu kita kerjakan beberapa soal bersama, dan kamu bisa. Kali ini kamu pasti bisa juga. Ayo kita coba bersama."

Sulit untuk membedakan kapan anak-anak perlu dibantu atau tidak. Kadang-kadang anak perlu menyelesaikan sendiri secara total pekerjaannya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Kadang tidak membantu mereka justru membuat mereka terluka. Hal terbaik yang bisa orangtua lakukan adalah dengan mengajak anak memulai suatu projek dan kemudian membiarkannya mengerjakan sendiri dan mendukungnya untuk menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Sebagai orangtua, keputusan tentang bagaimana dan kapan kita menawarkan bantuan harus selalu dievaluasi. Kebutuhan anak yang berumur tiga tahun tentunya berbeda dengan kebutuhan anak lima tahun. Orangtua harus belajar kapan saatnya kita membantu dan kapan saatnya kita hanya mendampingi. Yang terpenting, selalu ingat bahwa ada perjuangan yang harus anak kita hadapi untuk membantu proses belajarnya.

Solusi, Bukan Simpati

Jenny (10 tahun) mengeluh, "Maaa, aku satu-satunya yang ga diundang ke pesta Melita."

Mamanya segera tahu kemana arah percakapan Jenny. Dia merangkul bahu Jenny dan bertanya, "Cuma kamu satu-satunya?"

"Yaaah... ada lagi sih beberapa yang ga diundang." jawab Jenny.

"Jadi apa yang kamu mau lakuin di hari itu?" tanya Mamanya.

"Aaah, aku mau diem di rumah aja," jawab Janice dengan sedih sambil berpikir dan melihat ekspresi mamanya yang tetap gembira.

"Itu satu pilihan yang baik, lalu...? ," jawab Mamanya tanpa jatuh ke dalam jebakan mengasihani putrinya.

"Boleh aku ajak teman-teman yang tidak diundang pesta untuk menginap di rumah kita?" tanya Jenny.

"Wah, itu pasti asyik," jawab Mama, "Dan kamu juga boleh bikin brownies kesukaanmu."

Kita bisa membantu anak kita memilih hal yang baik dan menyenangkan saat mereka mengalami krisis semacam ini. Dengan mendengarkan perasaan mereka dan menyarankan solusi atau membiarkan mereka menemukan solusi sendiri, kita menjauhkan mereka dari perasaan mengasihani diri sendiri. Kepercayaan kita terhadap ketegaran di dalam diri anak kita akan membuat mereka dapat menghadapi masalahnya. Hal ini jauh lebih penting daripada sekedar 'simpati'!


8 komentar:

  1. Kitanya yang harus sabar dan konsisten ya..kadang tergoda utk jatuh iba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sis Fee, susaaah utk ga jatuh kasian. Kadang-kadang sampe mesti pura2 tegarrr di depan anak, meskipun hati berkeping-keping :)

      Hapus
  2. TFS mak..
    baru tahu kalo ternyata gak bagus mengasihani anak kita..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sejak tau hal ini, aku berusaha utk ga melibatkan perasaanku waktu melihat anak ngadepin masalahnya.
      Berusaha utk berpikir apa yang seharusnya dia lakuin dan fasilitasi dia menemukan solusinya sendiri Mak.
      Susah ga? Susaah laaah hahaha, tp demi kebaikan anak kita, yuk kita coba lagi & lagi :)

      Hapus
  3. Suka sekali postingannya, bacanya sambil angguk-angguk. Jadi ibu emang mestibanyak banyak banyak banyaaaak banget ya mak yang dipelajari. Thank you parenting sharingnya Maaak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you sis Adriana Dian, duh happy deh kalo ini bisa jadi masukan yang baik.
      Ayo sis, kita belajar bersama, ternyata anak-anak butuh melihat ketegaran kita.

      Hapus
  4. aku banyak belajar dari postingan ini..

    aku masih suka marah kalau anak bandel..

    hiks

    BalasHapus
  5. Sama dong kita huhuhu...
    Ini long life learning sis, ayo berjuang bersama yuk.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

© Elzoria Story, AllRightsReserved.

Blogger theme by Safetricks.com Designed by ScreenWritersArena