I write about values, jalan-jalan, anak-anak, fun learning and so on.

Senin, 28 Desember 2015

Mengapa dan Bagaimana Membuat Resolusi Akhir Tahun

Coffee, Break, Coffee Break, Cup, Notebook, Write Down
Pentingnya menuliskan resolusi akhir tahun
Tak terasa yah, tahun ini sudah hampir terlewati, kita akan menginjak tahun yang baru dengan harapan yang baru. Pernah terpikir ga, selama ini hari demi hari, minggu demi minggu, dan bulan demi bulan terlewati, hal-hal apa saja yang sudah kamu capai? Kadang-kadang kita terlena dengan kemeriahan pesta old and new, kumpul-kumpul keluarga, sehingga kita lupa esensi dari pergantian tahun.

Ya, pergantian tahun adalah saat yang pas untuk kita mengevaluasi apa saja yang sudah kita lakukan selama setahun ini. Kita dapat mereview lagi hal-hal apa yang sudah kita capai dan kegagalan-kegagalan kita.

Mengapa kita perlu menuliskan resolusi akhir tahun?

Tahun yang baru adalah saat yang tepat untuk memulai lagi segala sesuatu yang selama ini belum kita capai dan untuk meningkatkan lagi pencapaian-pencapaian kita. Pastinya banyak impian dan harapan di angan kita tapi semua keinginan itu biasanya akan hanyut terlupakan karena kesibukan kita. Karena itu kita perlu menuliskannya karena dengan menuliskan tujuan-tujuan yang akan kita capai selama setahun mendatang, kita akan tahu apa yang menjadi fokus kita dan akan sangat memudahkan kita dalam mengambil keputusan.

Bagaimana membuat resolusi?

Ada metode untuk membuat resolusi atau goalsetting menurut Paul J. Meyer, yaitu S M A R T (Specific Measurable Attainable Realistic Time frame).

# Spesifik : Sasaran harus jelas
                Contoh : membaca buku -- terlalu luas
                               membaca buku parenting -- lebih spesifik.

# Measurable : Sasaran dapat diukur dengan waktu, kualitas, uang atau ukuran lain.
                      Contoh : membaca 6 buku parenting

# Attainable : Sasaran realistis dan dapat dicapai
                    Contoh : membaca buku parenting 30 halaman setiap hari

# Relevant : Sasaran harus relevan dengan kondisi kita.
              Contoh : membaca buku parenting dalam bahasa inggris, padahal belum bisa bahasa inggris.
              Ini adalah contoh sasaran yang tidak relevan.

# Time Frame :  Terdapat kerangka waktu
                       Contoh : membaca 1 buku parenting setiap bulan


Hal-hal apa sih yang perlu dibikin resolusi? Gimana yah bikinnya?
Nah, supaya lebih simple bisa gunakan 7F.
7F ini mencakup hampir semua sisi kehidupan kita, dan dari setiap F, bisa dibikin 2 tujuan :

1. FAMILY (keluarga)
    Contoh : Makan bersama setiap malam.

2. FAITH (iman)
    Contoh : Mendoakan orangtua setiap hari.

3. FITNESS (Spritiual) - pengetahuan
    Contoh : Membaca 1 buku rohani setiap bulan.

4. FITNESS (Fisik)
    Contoh : Bersepeda keliling kompleks setiap pagi selama 30 menit.

5. FIRM  (Dunia Pekerjaan)
    Contoh : menulis blog tiga kali seminggu.

6. FINANCIAL (Keuangan)
    Contoh : Menabung Rp.500rb setiap bulan.

7. FUN (Hobi)
    Contoh : Travelling ke Jogja di tahun 2016.


Begitulah resolusi 7F beserta contoh-contohnya. Pasti asik merayakan pergantian tahun sambil bersama-sama membuat resolusi ini di akhir tahun, bahkan anak-anak kecil pun bisa membuat resolusi mereka sendiri.

Nantinya, di akhir tahun depan resolusi ini akan sangat berguna untuk mengevaluasi hal-hal apakah dari resolusi ini yang sudah tercapai dan mana yang perlu ditingkatkan.

Selamat membuat resolusimu sendiri.
Read More

Minggu, 13 Desember 2015

Hotel Taman Piknik di Puncak

Libur t'lah tiba, libur t'lah tiba horay!
Saatnya berkumpul bersama keluarga besar dan teman-teman, berpesta merayakan natal dan hadirnya tahun yang baru dan satu lagi yang ga boleh ketinggalan adalah membuat resolusi yang baru untuk memasuki tahun yang akan datang.

Hmm, tapi dimana ya hotel yang pas untuk dinikmati bersama rombongan keluarga besar ataupun untuk keluarga kecil?
Nih, kali ini aku ingin memamerkan hotel favorit kami yang terletak di daerah Ciloto, Puncak. Namanya adalah Hotel Taman Piknik.

Kenapa favorit?
Karena selain hotel ini murah meriah, area outdoornya sangat indah. Suasananya tenang dan damai, tempat yang sangat cocok untuk beristirahat dan menikmati kebersamaan.
Berkali-kali kami menginap di hotel ini tapi belum pernah merasa bosan.

Bukan hanya untuk keluarga, tapi bahkan kami sering memakainya untuk acara-acara gathering yang sering kami adakan. Selain kamar-kamar hotel, di sini ada juga villa-villa dengan 3 kamar ataupun 4 kamar.

Di dalam lokasi hotel terdapat Cafe Gazebo yang menyediakan makanan yang lezat dengan harga yang bersahabat dilengkapi dengan pelayan yang ramah.

Yuk, langsung dilihat aja foto-fotonya yuk.

Ini adalah kantor dari Hotel Taman Piknik
Sejauh mata memandang hijauuuu.... sangat menyegarkan mata.
Ruang makan untuk rombongan terdapat dalam bangunan tersebut.
Luas dan hijau.

Kolam renang.


Cafe Gazebo
Cafe Gazebo, tempat yang cozy untuk sarapan

Bisa memancing dan main kano di danau ini.

Kamar Hotel Taman Piknik.

Lokasi Hotel Taman Piknik ini terletak di lembah, karena itu hawanya sangat dingin. Pastikan membawa jaket yang cukup untuk seluruh keluarga dan jangan lupa membawa bola atau sepeda supaya pulang liburan perut ga makin maju hehehe.

Happy Holiday!
Read More

Kamis, 10 Desember 2015

If Children Live with Pity, They Learn to Feel Sorry for Themselves

Anak yang Dikasihani Akan Belajar untuk Mengasihani Dirinya Sendiri


4249063283 a6844e5755
Orang yang suka mengasihani diri sendiri, akan merasa seperti terperangkap dalam pasir hisap yang terus menyedotnya dan seakan-akan dia tidak bisa menolong dirinya sendiri. Satu-satunya harapan adalah jika ada orang lain datang untuk menariknya dari pasir hisap tersebut.

Jika kita mengasihani anak kita atau mengasihani diri kita sendiri, secara tidak langsung kita mengajarkan kepada anak kita untuk mengasihani diri sendiri. Hal ini tidak menanamkan inisiatif, daya juang dan semangat dalam diri mereka. 

Tentunya kita tidak ingin anak-anak kita menjadi anak yang lemah yang mengasihani dirinya sendiri saat menghadapi tantangan kan? Kita bisa menjadi teladan yang benar dengan cara menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup kita dengan kepala tegak. Dan kita juga harus percaya bahwa anak-anak kita bisa menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka.

Setiap kita pernah mengalami saat-saat mengasihani diri sendiri. Kita merasa tidak dihargai, hidup tidak berjalan sesuai yang kita mau...
"Kenapa aku?" adalah pertanyaan yang paling sering terlintas.
Kalau kita tidak waspada, mengasihani diri bisa menjadi hal yang membawa kita ke dalam keputus-asaan. Dan itu akan membuat kita terjebak di dalamnya.

Anak-anak sering mengasihani dirinya sendiri, dan hal ini sering menyebabkan kita jatuh kasihan kepada mereka. "Perutku sakit," rengek Trisha (4 tahun) "Aku ga mau berangkat ke sekolah." Sambil meringis memegang perutnya. Mama bertanya-tanya dalam hatinya. Apa dia benar-benar sakit? Lebih baik dia istirahat di rumah atau sekolah? Apa dia perlu dibawa ke dokter? Apa dia hanya mencari perhatian?

Jika mamanya menduga bahwa ini hanyalah alasan untuk tidak pergi ke sekolah, dia bisa bertanya pada Trisha, "Hal terburuk apa yang akan terjadi kalau kamu berangkat ke sekolah?" "Kalau kamu bolos, apa yang kamu mau lakukan?" Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini bisa menolong Trisha mengetahui apa sebenarnya yang dia butuhkan tanpa harus mengasihi dirinya sendiri.

Hal lain yang anak-anak sering bilang adalah "Aku nggak bisa." Hal ini bisa menghambatnya untuk belajar hal-hal baru. Sering kali arti yang sebenarnya adalah "Aku nggak mau". Kalau kita membiarkan hal ini, berarti kita menyetujui bahwa anak kita tidak mampu sebelum mencoba. Meskipun sulit, kita perlu memberikan tantangan untuk anak kita, mengabaikan alasannya dan mendukung mereka melakukan hal yang baru. Di saat yang sama, kita tetap menerima perasaan mereka.

Ben frustasi dengan PR matematikanya. Ayahnya menanggapi dengan serius rasa frustasi Ben tapi tidak mengasihaninya dan memintanya untuk terus mencoba. "Ingat tahun lalu waktu kamu nggak bisa kerjain PR matematikamu? Kamu bertanya kepada ibu guru lalu kita kerjakan beberapa soal bersama, dan kamu bisa. Kali ini kamu pasti bisa juga. Ayo kita coba bersama."

Sulit untuk membedakan kapan anak-anak perlu dibantu atau tidak. Kadang-kadang anak perlu menyelesaikan sendiri secara total pekerjaannya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Kadang tidak membantu mereka justru membuat mereka terluka. Hal terbaik yang bisa orangtua lakukan adalah dengan mengajak anak memulai suatu projek dan kemudian membiarkannya mengerjakan sendiri dan mendukungnya untuk menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Sebagai orangtua, keputusan tentang bagaimana dan kapan kita menawarkan bantuan harus selalu dievaluasi. Kebutuhan anak yang berumur tiga tahun tentunya berbeda dengan kebutuhan anak lima tahun. Orangtua harus belajar kapan saatnya kita membantu dan kapan saatnya kita hanya mendampingi. Yang terpenting, selalu ingat bahwa ada perjuangan yang harus anak kita hadapi untuk membantu proses belajarnya.

Solusi, Bukan Simpati

Jenny (10 tahun) mengeluh, "Maaa, aku satu-satunya yang ga diundang ke pesta Melita."

Mamanya segera tahu kemana arah percakapan Jenny. Dia merangkul bahu Jenny dan bertanya, "Cuma kamu satu-satunya?"

"Yaaah... ada lagi sih beberapa yang ga diundang." jawab Jenny.

"Jadi apa yang kamu mau lakuin di hari itu?" tanya Mamanya.

"Aaah, aku mau diem di rumah aja," jawab Janice dengan sedih sambil berpikir dan melihat ekspresi mamanya yang tetap gembira.

"Itu satu pilihan yang baik, lalu...? ," jawab Mamanya tanpa jatuh ke dalam jebakan mengasihani putrinya.

"Boleh aku ajak teman-teman yang tidak diundang pesta untuk menginap di rumah kita?" tanya Jenny.

"Wah, itu pasti asyik," jawab Mama, "Dan kamu juga boleh bikin brownies kesukaanmu."

Kita bisa membantu anak kita memilih hal yang baik dan menyenangkan saat mereka mengalami krisis semacam ini. Dengan mendengarkan perasaan mereka dan menyarankan solusi atau membiarkan mereka menemukan solusi sendiri, kita menjauhkan mereka dari perasaan mengasihani diri sendiri. Kepercayaan kita terhadap ketegaran di dalam diri anak kita akan membuat mereka dapat menghadapi masalahnya. Hal ini jauh lebih penting daripada sekedar 'simpati'!


Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Elzoria Story, AllRightsReserved.

Blogger theme by Safetricks.com Designed by ScreenWritersArena