I write about values, jalan-jalan, anak-anak, fun learning and so on.

Rabu, 10 Juni 2015

Yuk, Mengenal Uang Lebih Dekat!

Uang tahun 1921 senilai 30 Gulden
Museum....
Saat terngiang kata museum di telinga, yang terlintas di benakku adalah satu tempat kuno yang agak suram dan lengang.
Saat teman-teman bersepakat membawa anak-anak kami mengunjungi Museum Bank Indonesia, aku sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam satu bangunan tua yang biasanya agak membosankan.
Memasuki area parkir Museum Bank Indonesia yang terletak di bagian belakang gedung, saya melihat bangunan museum yang cukup megah. Biarpun bangunannya tua, tapi dibalut cat putih yang nampak baru.

Ok, sebelum perjalanan masuk ke dalam museum dimulai, sebagian besar dari kami ngantri dulu ke toilet. Cukup kaget juga melihat toilet museum sekelas toilet di mall. Padahal, sekali lagi aku sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam toilet kuno yang luas dengan bak mandi segede gajah.
Hmmm... kok malah jadi ngomongin toilet yah hehehe. Tapi sungguh, aku ga sangka bahwa toiletnya akan semodern ini.

Masuk ke pintu utama, ada semacam meja resepsionis dengan petugas yang menahan semua makanan dan minuman yang kami bawa. Jadi, pastikan perut kenyang sebelum masuk ke museum ini yah.
Saat itu, kami masuk ke museum itu free, tapi mulai bulan Mei 2015 mereka mengenakan biaya Rp.5000/orang karena banyak anak sekitar main-main dan remaja yang memakai museum itu untuk kegiatan berpacaran ria (plis deh, pacaran di museum...).

Karena kami datang sebagai rombongan, maka begitu masuk kami langsung diajak ke studio untuk nonton film pendek tentang proses produksi uang sampai dengan proses uang beredar di bank-bank dan di masyarakat. Film yang sangat bagus menurutku, mengedukasi tapi tidak membosankan.

Guide menggigiring kami masuk ke ruangan selanjutnya, ada kapal dagang VOC yang menggambarkan proses barter sebelum ada uang sampai bagaimana uang mulai tercipta.
Dilanjutkan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah di Indonesia tentang keuangan dari jaman ke jaman. Lalu ditunjukkan ruangan dengan puluhan emas batangan gede, yang merupakan imitasi dari cadangan emas yang ada di BI.

Ini bukan kitkat raksasa yah, ini emas.
Cadangan emas di Bank Indonesia.
Ada satu ruang dengan pintu besi tebal, di dalamnya tertata rapi uang-uang Indonesia, dari uang koin sampai uang kertas di dalam lemari-lemari kaca. Dalam ruang ini tidak diperbolehkan mengambil foto dengan menggunakan blitz, karena blitz bisa merusak uang-uang kuno yang dipajang.

Uang BI tahun 1964 senilai 10 Sen


Lalu kami ke ruangan meeting yang sangat besar, di sana terdapat barang-barang kuno yang sudah berjasa bagi kegiatan operasional BI. Yang paling menarik buatku, ada jam bersejarah yang hanya ada satu di dunia. Jam bandul tersebut tertanam di dalam dinding dan merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina untuk De Javasche Bank (Bank Indonesia) pada peringatan 100 tahunnya.

Jam bandul buatan Belanda th 1928
hadiah peringatan 100th De Javasche Bank
dari Ratu Wilhelmina.

Pesawat telepon untuk kegiatan operasional Bank Indonesia


Mesin Tik Underwood Elliott Fisher produksi tahun 1950an.
Mesin tik berdesain unik ini digunakan untuk
mengetik jurnal efek-efek.


Kursi meetingnya cantik ya.

Bukan seperti bayangan saya sebelumnya ternyata museum ini sangat mewah dan setiap ruangannya sejuk berAC. Saya terpesona dengan kemewahan dan keanggunan di dalamnya. Semuanya tertata apik dan rapi. Jadi tau deh, kenapa banyak dimasukin anak-anak sekitar untuk ngadem dan bahkan untuk pacaran. Nyaman berada di dalam museum ini.

Ayo boleh dicoba untuk datang ke museum ini, untuk belajar yah bukan untuk pacaran. Hahaha...
Sangat membuka wawasan yang baru tentang uang dan bank. Yuk, ke sana rame-rame.











Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Elzoria Story, AllRightsReserved.

Blogger theme by Safetricks.com Designed by ScreenWritersArena